BERBAGI INFORMASI UNIK,MENARIK, UP-DATE DAN MENGHIBUR, DISINILAH TEMPATNYA

11 Jun. 2013

Lima Prinsip Menulis Naskah Radio

Menulis untuk radio--mulai dari naskah siaran, naskah iklan, naskah berita dan lain sebagainya--memiliki aturan yang berbeda dari menulis untuk media cetak. Menulis untuk radio adalah menulis apa yang ingin kita sampaikan dan dengarkan. Menulis untuk radio adalah menulis untuk telinga. Ada lima prinsip kunci yang perlu perhatikan dalam menulis naskah program radio. Pertama, diucapkan. Naskah radio bukan merupakan bahan bacaan, tapi merupakan bahan ucapan yang akan disampaikan melalui suara penyiar. Jadi, isi tulisan sebaiknya menggunakan bahasa tutur yang biasa diucapkan sehari-hari. Lewat penggunaan kosakata bahasa lisan, pendengar mudah memahami naskah. Penggunaan kata-kata yang sama (pengulangan kata) diperbolehkan asalkan penempatannya pas dan enak didengar. Gaya penyampaiannya pun harus alamiah, bukan dibuat-buat. Kedua, bersifat ’sekarang’. Keistimewaan radio adalah kesegeraannya. Untuk itu penulisan naskah radio pun disarankan menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi. Informasi yang disampaikan melalui radio sebagian besar bersifat langsung, begitu terjadi sesuatu bisa langsung disampaikan, meski tidak menutup kemungkinan penyiar menceritakan apa yang dialaminya di waktu yang lalu. Ketiga, pribadi. Sifat radio adalah personal. Meskipun pada waktu yang bersamaan yang mendengarkan radio jumlahnya bisa ribuan orang, mereka masing-masing mendengarkan sendiri-sendiri atau paling tidak dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk itu, sebaiknya dalam naskah radio digunakan sapaan yang pribadi. Apa yang kita sampaikan bukan untuk masa dalam jumlah besar seperti saat berpidato, tapi lebih ke perseorangan. Radio adalah teman bagi pendengarnya, sehingga pada saat penyiar berbicara harus disampaikan seolah-olah berbicara dengan seorang teman. Keempat, didengar sekali. Sekali disiarkan, siaran radio tidak bisa diulang. Kecuali untuk program acara yang direkam, itupun baru bisa diulang jika memang ada jadual siaran ulang. Dengan demikian, harus disadari bahwa jika pendengar tidak paham dengan apa yang kita sampaikan, mereka akan mengalami kesulitan untuk mendengarkan ulang. Ingat, kita hanya memiliki sekali kesempatan untuk menyampaikan pesan kita ke pendengar. Hal yang biasa membuat bingung pendengar, antara lain kalimat yang terlalu panjang, penggunaan istilah-istilah teknis tanpa penjelasan, terlalu banyak informasi yang disampaikan dalam satu kalimat, ide dan gagasan yang sulit dipahami. Kelima, hindari kosakata kabur. Suara adalah media kita untuk menyampaikan informasi kepada pendengar. Untuk itu jangan gunakan kata-kata yang kabur maknanya. Hindari kata-kata yang bunyinya berulang agar pendengar tidak bingung. Misalnya: “Bangunan itu dibangun oleh kontraktor swasta” menjadi “Gedung itu dibangun oleh kontraktor swasta”. Hindari juga menggunakan kata-kata yang bunyinya mirip namun maknanya berbeda. Penggunaan tanda baca juga sangat penting. Sering kali terjadi, pada saat menyampaikan sesuatu, penyiar terhenti sejenak karena bingung hanya gara-gara penggunaan tanda baca pada naskah yang tidak tepat. Meski hanya sebentar, kesalahan ini akan diketahui oleh pendengar. Misalnya: “Anjing mengejar orang gila” jika tidak ditulis dengan tanda baca yang benar, bisa menjadi: “Anjing mengejar orang gila//” atau “Anjing mengejar orang/ gila//” Setelah naskah siaran selesai dibuat, bacalah dan ucapkanlah. Teliti apakah naskah tidak mudah dituturkan, terdengar aneh tidak jelas atau rancu, dan terdengar kompleks dan rumit, maka Anda harus menyusun naskah kembali. Selamat mencoba.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking